Kisah inpirasi yang patut anda baca, khususnya Kaum adam. Begitu mulianya seorang Ibu, istri atau muslimah yang ahli surga. Muslimah ahli surga seperti burung Putih Mengkilap diatara mereka, saking sedikitnya kaum Hawa yang ahli surga, sehingga mereka seperti Mutiara diatara Pasir.

Kami akan bagikan Kisah inspirasi untuk anda bagaimana mulianya seorang perempuan, silahkan anda simak baik-baik.

Waktu kecil bahkan hingga kini—tanpa saya sadari—saya masih saja menanam duri kepada ibu saya. Saya selalu mengeluh dengan “pelayanan” ibu saya, mulai dari cucian yang tidak bersih, makanan yang tidak enak (sesuai lidah saya tentunya), dan lain-lain. Saya pun lalu menjumpai ibu saya marah, meski lebih banyak diamnya. Saya tidak berpikir, bahwa ulah saya itu pelan-pelan telah menempatkan ibu saya di posisi yang sulit, yakni—mungkin—mendapat laknat malaikat. Itu saya lakukan terus-menerus, hingga barangkali kejengkelan ibu saya sudah bertumpuk dan beranak pinak.

Beberapa waktu terakhir ini, saya selalu menyempatkan diri memasak. Meskipun masakan yang saya buat masih sederhana, dan baru lidah saya yang mengatakan bahwa masakan itu layak disebut sedap. Dari aktivitas ini, saya lalu menemukan pelajaran permata. Bukan semata pelajaran tata boga, tetapi lebih dari itu. Dari dapur inilah, saya menemukan bahwa adalah cinta yang membuat perempuan (istri sekaligus ibu) bertahan dan menghabiskan separuh usianya untuk berada di dapur; memasak makanan.

Di dapur, saya kadang mengiris bawang, cabai, dan bumbu lainnya. Bawang merah mampu memedihkan mata, bawang putih baunya luar biasa, cabai pun takayal memedihkan segala. Belum lagi cipratan minyak goreng panas, baunya terasi, asap yang menyergap. Mata memerah, keringat keluar, belum bau-bauan yang menusuk hidung sampai menimbulkan bersin, terkadang jari teriris pisau, adalah pengalaman yang saya dapatkan ketika beraktivitas di dapur. Luar biasa besar pengorbanan yang mesti disajikan hanya untuk mendapatkan satu atau dua porsi makanan.

Inilah Surga untuk Muslimah - Kisah Inspirasi

Saya lantas bertanya kepada diri sendiri, bagaimana bisa seorang perempuan (istri sekaligus ibu) melakukan ini semua? Bahkan bukan sekali dua, melainkan separuh masa usia! Saya pun bertanya kepada diri saya sendiri (mewakili kaum lelaki), bagaimana bisa saya marah-marah seenaknya tersebab makanan yang tidak sesuai dengan keinginan saya? Bagaimana bisa saya mengeluh sampai berpeluh? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa?

Gampang saja bagi lelaki (anak atau suami) untuk memberikan penilaian tentang masakan. Gampang saja bagi lelaki untuk mengatakan bahwa masakan itu belum layak dikatakan enak, dan lain-lain. Dan secara manusiawi, kita pun seharusnya memaklumi, jengkel atau marahnya seorang perempuan (istri sekaligus ibu) ketika mendapati diri kita sebagai sosok yang tidak memiliki kepekaan menghargai.

Itu baru dari memasak, belum dari mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, mengelola keuangan, dan sebagainya. Bisakah lelaki mengerjakan itu semua dalam satu waktu?  Patutkah kita marah-marah kepada mereka atas apa yang mereka kerjakan, sementara Nabi Saw berkata bahwa bentuk jihad perempuan adalah di rumahnya?

Tuhan, ampuni saya yang sudah menjelma lelaki durhaka. Lelaki yang sudah menyulap jihad mereka menjadi sesuatu yang tidak berharga. Lelaki yang telah menjungkalkan mereka ke liang neraka, dengan ingin dan pinta yang bahkan tidak sesuai realita.

Tuhan, muliakanlah para ibu, para istri, dan para perempuan. Tuhan, berikanlah kepekaan hebat kepada para lelaki. Jadikanlah kami lelaki yang selalu menghargai. Amiin

0 komentar Blogger 0 Facebook

 
Muslimah Cantik © 2015. All Rights Reserved. WRITTEN BY MUSLIMAH_CANTIKS. Powered by Blogger
Top